Rabu, 03 November 2010

Browse: Home / / RIWAYAT PENJAJAHAN BELANDA DAN INGGRIS MENGATUR BATAS BATAS WILAYAH DI KALTARA

RIWAYAT PENJAJAHAN BELANDA DAN INGGRIS MENGATUR BATAS BATAS WILAYAH DI KALTARA

Latar belakang sejarah:
Dimana majapahit gajahmada majapahit melaksanakan politik kesatuan untuk mempersatukan nusantara ini, dikalimantan timur timbul 3 buah kerajaan kecil yaitu kerjaan kutai, berau, dan pasir. Setelah mempersatukan diri di bawah naungan kekuasaan sang raja majapahit. Ketiga kerajaan sewaktu belanda dan inggris, portugis menginjakkan kakinya di tanah air kita ini.
Tahun 1870 dengan adanya politik kontrak yang ditandatangani oleh sultan sulaiman secara yuridis lenyap kekuasaan kerajaan kutai yang kemudian juga di ikuti oleh kerjaan berau dan pasir, walaupun sebelumnya ada perlawanan dari oleh sultan salahudin dan panglima perangnya bernama awing lur yang telah tewas sebagai pahlawan. Permulaan tahun lima puluhan Kalimantan timur tersiri dari tiga daerah otonom, yaitu :
1. Daerah istimewa kutai
2. Daerah istimewa berau
3. Daerah istimewa bulungan
Menurut undang-undang no. 27 tahun 1959 maka status daerah masing masing dirubah menjadi daerah tingkat II. Kabupaten bulungan monografinya daerah Kalimantan timur tahun 1967 sementara itu daerah istimewa menjadi tiga buah daerah otonom :
Kabupaten kutai, kotamadya samarinda dan kotamadya Balikpapan, sedangkan daerah pasir yang tadi masuk ke kelaimantan timur, dimasukkan kembali ke daerah provinsi Kalimantan timur.


Ini hasil tengkar bertengkar belanda dan inggris yang menetapkan sebagai berikut sekaligus menentukan perbatasan yang berbunyi sebagai berikut :
- Sebelah barat dengan Kalimantan utara (pegunungan Kapuas muller)
- Sebelah timur dengan selat Makassar
- Sebelah berbatas dengan Kalimantan dengan Kalimantan selatan dan Kalimantan tengah
- Sebelah utara berbatas dengan Kalimantan utara (Malaysia timur, serawak, brunei dan sabah)
Perbatasan dengan serawak diatur dalam satu perjanjian (tractaat) antara pemerintah kerajaan belanda dan inggris. Perjanjian tersebut dalam lembaran Negara tahun 1892 no.211 pelaksanaanya diselenggarakan oleh suatu panitia bersama dari kedua kerajaan sebagaimana tersebut dalam lembaran Negara tahun 1916 no.145.
Inilah hasil perjalanan belanda sebagai teknik ke borneau dan inggris ke semananjung malaka (Malaysia) selanjutnya kembali belanda dan inggris membawa hasil gemilang ini ke negaranya masing-masing, tidak berapa lama datanglah beberapa orang jendral sebagai utusan ratu Wilhelmina ke borneau, kedatangan jendral jendral ini untuk menentukan sebagai berikut
Bahwa raja di bulungan utara akan dijadikan empat swapraja yaitu:
- Swapraja bulungan di tanjung palas
- Swapraja sesayap tidung di manjelutung
- Swapraja tarakan di salimbatu
- Swapraja sembakung di imaten anak cabang sungai sembakung
Semua ini sudah di atur oleh para jendral dengan ke empat swapraja tersebut, kemudian para jendral tersebut sebagai utusan ini pulang lah mereka ke belanda untuk menyampaikan hasil yang gemilang ini kepada ratu belanda ratu Wilhelmina. Kemudian datang lagi utusan belanda membawa kiriman dari pemerintah belanda yaitu:

- Empat buah cap stempel
- 12 baju uniform dan petnya
- Uang 4000 gulden
- 40 ekor sapi
- 4 buah takuin dari kayu jati bertahun pun tak akan habis
- Sebuah meja tulis dari kayu jati
Kiriman ini untuk swapraja dibagi tiap 1 praja mendapat
- 1 cap stempel
- 3 pasang uniform dan petnya
- 1000 gulden uang
- 10 ekor sapi untuk birau dengan rakyatnya dalam satu swapraja



KERAJAAN MENJELUTUNG MENERIMA BAIK ATAS KEDATANGAN SDR. MUHAMMAD ALI HANAPIAH DARI PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN

Kedatangan saudara ini beserta rombongan kurang lebih di tahun 1802, lalu rombongan mereka ini tinggal membuat perumahan darurat suatu tempat dinamakan liyumaye, disebelah kampong menjelutung, kemudian selanjutnya mereka pindah lagi ke penagar dan seterusnya pindah lagi ke sungai sebawang disitu ada liagu namanya liagu sendam birahi, karena sepasang gamelan dibuang disitu. Kemudian bertahun mereka disitu pindah lagi ke pagun senalab, senalab artinya kampung terbakar. Bertahun lamanya pindah lagi di muara sungai bengalun. Dan disitu ada suatu pulau kecil namanya pulau bunyu dan sekarang pulau itu sudah hilang di terjang arus sungai mentarang dan sungai tidung, ada tanjung di muara dua sungai ini namanya pulau sapi.
Di tempat ini muh. Ali hanapiah bergelar raja pendita. Disinilah raja pendita hidup dengan anak bawaannya dari Kalimantan selatan, panembahan aji teruna dan keponakannya bernama akiu yang biasa menggantikan raja pendita saat diasingkan oleh belanda.
Kemudian pemerintah belanda dengan empat swapraja ini sudah berhubungan baik dan sudah pula disampaikan pada ratu Wilhelmina dan segala pemberian sudah diterima oleh masing-masing swapraja.
Ini lah kesimpulan jalan teknik belanda dan inggris ketanah air kita dengan tujuan utama untuk menjajah.
Nah! Penjelasan diatas cukuplah untuk belanda yakin berhasil menjajah Indonesia, hasil pikniknya ditahun 1807.
Jadi di tahun 1841 terjadilah perundingan perhau namanya (olokan orang kerajaan bulungan karena mereka tidak punya kapal besi) hasil perundingan itu disinilah pegangan bulungan belanda dalam soal menjajah dan soal terjajah. Sehingga borneo ini disebutlah hindia belanda. Selanjutnya raja bulungan minta agar swapraja yang mau dijadikan oleh belanda tersebut. Raja bulungan bilang ‘tidak usah cukup bulungan yang mengurus karena ketiga swapraja ini raja raja kecil yang disebut raja pesisiran. Belanda memikirkan permintaan raja bulungan dengan perasaan kurang yakin karena 3 praja ini yang dianggap wilayahnya kecil oleh raja bulungan adalah wilayah yang cukup tepat dan strategis sekali.
Belanda pun termendam, pemberian ratu Wilhelmina untuk 3 praja ini sudah di berikan.
Tidak lama kemudian raja bulungan ada bicara soal pajak, mendengar lah datu adil yang akan dijadikan pejabat swapraja tarakan ini. Lalu datu adil pun bicara “jangan lah dulu bicara soal pajak sama belanda, nafas kita diujung hidung dijajah rakyat saja kita masih susah”
Raja bulungan mendengar datu adil bicara begitu, langsung raja bulungan memanggil belanda dan memerintahkan memborgol datu adil untuk diasingkan ke menadu kampong melayu. Begitu pula adik nya datu jemalur juga diasingkan tetapi di tempat berlainan.
Tiga bulan datu adil di menadu, dia di grasi karena tidak tahan di menadu memohon pada belanda lalu belanda pun setuju setelah datu adil di bawa pulang lah ke tarakan (salimbatu).
Selanjutnya adik datu adil bernama datu jemalur yang juga di asingkan sampai sekarang tempat pengasingannya belum diketahui.
Sekilas kita berfikir yang pantas dipanggil pahlawan adalah adiknya yang bernama datu jemalur karena beliau tidak pernah kembali ke salimbatu.
Demikianlah sebab-sebab pengasingan adik kakak datu adil dan datu jemalur di tahun 1916 dari tarakan ke menadu kampong melayu.

Kemudian pengasingan yang pertama dari tanah tidung yaitu raja pendita, sebabnya diasingkan karena beliau melihat gerka gerik belanda sewaktu kedua penjajah ini menginjakkan kaki di borneo, jadi raja pendita ini cenderung memihak ke inggris. Itu saja sebabnya raja pendita di asingkan ke banjar masin terus kejakarta, dan di daerah Jakarta konon ada cerita ke daerah pulau seribu ada pula cerita di pulau seribu ada suatu pulau namanya pulau tidung.
Sekian cerita pengasingan raja pendita dari tanah tidung dan cerita datu adil adik kakak dari tarakan ke menadu.
Jadi dsni lah kita bisa meneliti bahwa batas batas wilayah Kalimantan khususnya bagian utara bahwa bukan Indonesia dengan Malaysia lah yang mengatur perbatasan tersebut…melainkan belanda dengan inggris, karena belanda menjajah Indonesia dan inggris menjajah Malaysia.

1 komentar:

Rezky Hudaya mengatakan...

nice info gus...
jangan lupa follow blogku sekalian lah juga kasih2 comment

Posting Komentar

Selamat Datang

Free Your Mind

Friends